cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Teknik PWK
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 13 Documents
Search results for , issue "Vol 4, No 2 (2015): Mei 2015" : 13 Documents clear
PARTISIPASI MASYRAKAT DALAM PEMBANGUNAN SANITASI PERKOTAAN DI KELURAHAN ROWOSARI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG Venny V. S Turnip; Mohammad Mukti Alie
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 4, No 2 (2015): Mei 2015
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (929.852 KB)

Abstract

Prasarana sanitasi merupakan kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Namun masih terdapat wilayah yang tidak memiliki prasarana sanitasi yang memadaiakibat kurangnya pemeliharaan sehingga tidak dapat berfungsi dengan semestinya. Untuk itu diperlukan peran dari masyarakat agar terciptanya suatu pembangunan yang berkelanjutan melalui program Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat (SPBM).Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji bentuk patisipasi masyarakat dalam program SPBM serta untuk mengetahui factor yang mempengaruhi bentuk partisipasi masyarakat baik faktor internal maupun faktor eksternal. Selain itu penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik masyarakat di Dusun Kebuntaman Kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang Kota Semarang.Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan gabungan kuantitatif dan kualitatif. Teknik Analisis yang digunakan meliputi analisis deskriptif kuantitatif. Program pembangunan sanitasi di Kelurahan Rowosari melibatkan partisipasi masyrakat, dimana masyarakat turut berperan dan dilibatkan selama program berjalan. Masyarakat turut berpartisipasi dalam tahap sosialisasi, tahap pelaksanaan, serta partisipasi dalam tahap pengendalian dalam mendukung perbaikan sanitasi. Pata tahap prencanaan masyarakat terlibat dalam perencanaan pembangunan MCK dan IPAL Komunal yaitu dengan turut mengahadiri pertemuan serta dalam bentuk uang dan makanan yang pada saat pertemuan berlangsung. Pada tahap kosntruksi masyarakat memberikan partisipasinya dalam bentuk tenaga, sementara masyarakat turut pula memberikan partisipasinya dalam bentuk uang pada tahap operasional.
PERUBAHAN FUNGSI LAHAN KORIDOR JALAN SELOKAN MATARAM KABUPATEN SLEMAN Heni Irawati; Ragil Haryanto
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 4, No 2 (2015): Mei 2015
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1167.275 KB)

Abstract

Perkembangan pemanfaatan lahan saat ini sudah semakin maju pada kota-kota di Indonesia. Telah banyak kasus perubahan fungsi lahan pada daerah pinggiran kota. Salah satunya pada koridor jalan inspeksi Selokan Mataram Sleman yang pada zaman dahulu merupakan aktivitas pertanian berupa sawah, ladang, kebun dan tegalan. Seiring dengan perkembangan Kota Yogyakarta yang semakin maju, membuat lahan di pusat kota sudah padat. Harga lahan pun semakin tinggi untuk mendirikan usaha, maka dari itu para investor memilih koridor jalan Selokan Mataram ini sebagai lokasi untuk mendirikan usaha. Terdapat banyak faktor yang menyebabkan kawasan ini menjadi sangat menarik untuk para pengusaha diantaranya karena adanya beberapa Perguruan Tinggi, lokasi yang strategis dan potensial, banyak permintaan dan juga aksesibilitas yang mudah karena dekat dengan kawasan perdagangan, perkantoran dan perumahan. Oleh karena itu terjadilah konversi lahan di koridor jalan Selokan Mataram. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji proses perubahan fungsi lahan yang terjadi di sepanjang koridor Jalan Selokan Mataram sehingga berkembang menjadi kawasan komersial dan menjawab dari pertanyaan penelitian “Bagaimana perubahan fungsi lahan Selokan Mataram menjadi aktivitas komersial?” Metode yang digunakan adalah kuantitatif, dengan pendekatan purposive sampling, dan analisis deskriptif. Data primer diperoleh dari observasi lapangan dan penyebaran kuesioner. Hasil dari penelitian ini adalah rumusan perkembangan perubahan lahan di sempadan aliran Selokan Mataram dan sekitarnya sehingga terdapat adanya perkembangan kegiatan komersial yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan kawasan pinggiran perkotaan.
EFEKTIVITAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN PADA PROGRAM GERDU KEMPLING DI KELURAHAN KEMIJEN KOTA SEMARANG Nuskhiya Asfi; Holi Bina Wijaya
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 4, No 2 (2015): Mei 2015
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (698.29 KB)

Abstract

Masalah terbesar pembangunan ekonomi nasional adalah tingkat kemiskinan yang tinggi. Upaya Pemerintah Kota Semarang untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan (strategi percepatan penanggulangan kemiskinan) yaitu melalui program GERDU KEMPLING (Gerakan Terpadu Di Bidang Kesehatan, Ekonomi, Pendidikan, Infrastruktur dan Lingkungan). Gerdu Kempling ini diharapkan dapat membuat angka kemiskinan dari Kota Semarang menurun setidaknya 2% per tahun. Sehingga dampak pelaksanaan program ini tentunya diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama orang miskin. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji efektivitas pemberdayaan Masyarakat dalam Pengentasan Kemiskinan melalui Program Gerdu Kempling di Kelurahan Kemijen Kota Semarang. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Hasil dalam penelitian ini merupakan kajian efektivitas pemberdayaan masyarakat dalam pengentasan kemiskinan pada Program Gerdu Kempling. Secara umum pemberdayaan masyarakat pada program Gerdu Kempling dalam upaya pengentasan kemiskinan kurang efektif dalam meningkatkan kemandirian masyarakat untuk dapat terlepas dari lingkaran kemiskinan. Proses pemberdayaan masyarakat dalam Gerdu Kempling yang kurang efektif tersebut terutama disebabkan oleh kapasitas masyarakat yang belum mampu mengambil peran yaitu dalam membuat keputusan atau pilihan yang masyarakat inginkan. Secara umum pemberdayaan masyarakat dalam Gerdu Kempling di Kelurahan Kemijen cukup efektif yaitu 63% dari masyarakat miskin yang mendapatkan bantuan program Gerdu Kempling mengalami peningkatan kondisi kualitas hidupnya setelah mendapatkan program bantuan Gerdu Kempling.
KAJIAN KERENTANAN DI KAWASAN PERMUKIMAN RAWAN BENCANA KECAMATAN SEMARANG BARAT, KOTA SEMARANG Mukhammad Arief; Bitta Pigawati
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 4, No 2 (2015): Mei 2015
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (980.975 KB)

Abstract

Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat berbanding lurus dengan kebutuhan tempat bermukimpenduduk. Kurangnya daya tampung lingkungan permukiman yang layak bagi masyarakat memperluasterjadinya pemanfaatan lahan permukiman di kawasan yang tidak sesuai. Banyak kawasan rawan bencanayang digunakan sebagai kawasan permukiman. Tujuan penelitian ini  untuk mengkaji kerentanan di kawasanpermukiman rawan bencana Kecamatan Semarang Barat menggunakan metode penelitian kuantitatifdeskriptif dengan pendekatan spasial.  Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar permukiman berada dikawasan rawan bencana yaitu seluas 1014,57 Ha ( 63,8 % dari luas permukiman atau  45,82 % dari seluruh luaswilayah Kecamatan Semarang Barat). Faktor penyebab tetap bermukimnya masyarakat di kawasan rawanbencana adalah  lama bermukim dan kondisi jenis rumah tempat tinggal. Analisis tingkat kerentanan wilayahterhadap bencana menunjukkan wilayah Kecamatan Semarang Barat memiliki kerentanan yang bervariasimulai dari tidak rentan, kerentanan rendah, kerentanan sedang, hingga kerentanan tinggi. Terdapat 9kelurahan yang teridentifikasi memiliki ketidaksesuaian terhadap arahan Rencana Tata Ruang Wilayah KotaSemarang karena terdapat permukiman di kawasan rawan bencana.
KARAKTERISTIK PENINGKATAN PENGELOLAAN SAMPAH OLEH MASYARAKAT MELALUI BANK SAMPAH Ike Setyaningrum
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 4, No 2 (2015): Mei 2015
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (811.194 KB)

Abstract

Sampah menjadi persoalan kompleks di kota-kota besar di Indonesia, oleh karena itu diperlukan adanya penyelesaian yang komprehensif dan terintegrasi serta didukung oleh semua lapisan masyarakat. Salah satu kota besar yang mengalami permasalahan mengenai pengelolaan sampah adalah Kota Semarang. Pengelolaan sampah yang optimal membutuhkan alternatif-alternatif. Salah satu alternatif yang diresmikan oleh Pemerintah Kota Semarang dalam menangani masalah pengelolaan sampah yaitu pengelolaan sampah berbasis masyarakat melalui program Bank sampah. Bank Sampah Sari Asri adalah kelompok sosial di Kota Semarang yang didirikan oleh masyarakat di Kelurahan Tandang dan didukung oleh yayasan ChildFund dan KOMPASS dengan tujuan untuk keberlanjutan lingkungan yang berfokus pada penanganan masalah pengelolaan sampah khususnya sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga. Bank Sampah Sari Asri merupakan salah satu terobosan untuk mengurangi dampak yang merugikan dalam pengelolaan sampah yang kurang optimal. Program Bank Sampah Sari Asri terbukti sebagai salah satu upaya peningkatan pengelolaan sampah oleh masyarakat di Kelurahan Tandang. Karena didalam program bank sampah mengandung unsur konsep 3R, yaitu reduce, reuse, dan recycle yang mampu mengurangi volume sampah. Namun dalam pelaksanaannya, masih terdapat masyarakat yang tidak memahami dan melaksanakan program-program yang dicanangkan oleh Bank Sampah Sari Asri.
KAJIAN KARAKTERISTIK KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH DI KAMPUNG KOTA (Studi Kasus: Kampung Gandekan Semarang) Raisya Nursyahbani; Bitta Pigawati
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 4, No 2 (2015): Mei 2015
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (891.648 KB)

Abstract

Kemunculan kampung kota merupakan fenomena yang banyak terjadi terutama di negara-negara berkembang dan sebenarnya adalah sebuah bentuk asli dari kota-kota di Indonesia. Disisi lain, dalam kampung kota yang padat juga terdapat berbagai masalah yang selanjutnya dapat menyebabkan munculnya pemukiman kumuh dalam kampung kota tersebut (Budihardjo, 1997). Sehubungan dengan hal tersebut, kondisi yang terjadi di Kampung Gandekan memiliki permasalahan yang menarik untuk dijadikan sebagai obyek penelitian karena memiliki keunikan tersendiri sebagai salah satu Kampung Kota yang memiliki keterkaitan dengan sejarah kota Semarang, namun disisi lain saat ini tengah menghadapi berbagai permasalahan baik secara sosial, ekonomi dan budaya maupun yang terkait dengan kemunculan kawasan kumuh didalamnya. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui karakteristik kawasan pemukiman kumuh yang terdapat  di Kampung Gandekan Semarang beserta tingkat kekumuhannya. Hasil analisis dari kajian terhadap karakteristik kawasan permukiman kumuh di Kampung Gandekan diketahui bahwa karakteristik pemukiman kumuh yang terdapat di Kampung Gandekan ini, dari karakteristik penghuninya adalah merupakan warga campuran antara pribumi dengan etnis Tionghoa yang sebagian besar memiliki tingkat pendidikan dan penghasilan ekonomi yang masih rendah, dari karakteristik huniannya sebagian besar masih tergolong jenis hunian yang belum layak huni, dari karakteristik sarana prasarana terutama untuk kepentingan privat masih belum memadai sedangkan dari karakteristik lingkungannya diketahui bahwa kondisi lingkungan didalamnya cenderung tidak teratur dan masih belum memenuhi standar kebutuhan pemukiman seperti tidak adanya keberadaan ruang terbuka hijau maupun non hijau yang dapat digunakan untuk kegiatan aktifitas bersama.  Adapun hasil dari analisis tingkat kekumuhannya, Kampung Gandekan memiliki kategori yang terbagi menjadi dua jenis tipologi tingkat kekumuhan yakni tingkat kumuh sedang dan tingkat kumuh rendah.
DISTRIBUSI POTENSI SUMBERDAYA PENDUKUNG DALAM PROSES PRODUKSI BATIK DI KAMPUNG-KAMPUNGSENTRA BATIK KOTA PEKALONGAN M. Arista Wibowo; Nurini Nurini
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 4, No 2 (2015): Mei 2015
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (676.884 KB)

Abstract

Perkembangan suatu kota terjadi dengan adanya kegiatan atau aktivitas masyarakat yang secara tidak langsung dapat membantu perkembangan dan perekonomian kota tersebut. Perkembangan dan pertumbuhan kota dapat terjadi karena adanya saling keterkaitan dengan daerah-daerah sekitar atau hinterland atau antar daerah didalam kota itu sendiri. Keterkaitan yang terjadi  dapat berupa adanya pergerakan barang atau jasa, manusia, uang, kredit dan investasi. Semakin besar keterkaitan yang terjadi, maka semakin besar pula pengaruhnya terhadap perkembangan kota tersebut. Kota Pekalongan sebagai salah satu kota yang berkembang di Jawa Tengah dan terkenal akan kerajinan tangan berupa kain batik. Kegiatan proses produksi batik ini melibatkan keterkaitan antar daerah di Kota Pekalongan maupun sekitarnya dalam hal distribusi tenaga kerja, distribusi sumber daya bahan baku dan distribusi keuangan atau financial.Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan potensidistribusi sumberdaya pada produksi batik di kampung-kampungsentra batik Kota Pekalongan. Sehingga dalam penelitian ini dapat ditarik pertanyaan penelitian bahwa, “Bagaimana distribusi potensi sumberdaya pendukung dalam proses produksi batik di Kota Pekalongan dapat berpengaruh terhadap perkembangan kampungsentra batik dan Kota Pekalongan?”. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik probability sampling dengan simple random sampling.Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis statistik dengan menggunakan teknik distribusi frekuensi dan korelasi.Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, diketahui bahwa untuk potensi distribusi sumberdaya manusia melalui tenaga kerja secara kuantitas mayoritas berasal dari daerah kampung sentra batik itu sendiri dan secara kualitas dapat dikatakan cukup baik. Latar belakang pendidikan SMP dan mendapatkan upah yang rata-rata masih dibawah UMR Kota Pekalongan. Potensi distribusi sumberdaya bahan baku melalui perbedaan rasio harga komoditas diketahui bahwa perbandingannya adalah 1:2. Hal ini menjadikan para pengusaha batik memilih untuk pemenuhan bahan baku diperoleh dari Kota Pekalongan sendiri. Analisis sumberdaya finansial dapat dijelaskan bahwa sumber dana usaha para pengusaha mayoritas berasal dari pinjaman orang tua. Besaran pendapatan yang didapatkan dipengaruhi langsung oleh besaran pengeluaran karena berkaitan dengan jumlah produksi yang dihasilkan Berdasarkan temuan analisis tersebut, kampung-kampung sentra batik dapat menjadi sebagai potensi kutub pertumbuhan yang mampu ikut berperan dalam perkembangan Kota Pekalongan.
KAJIAN PENGARUH KEBERADAAN KAWASAN WISATA SANGIRAN TERHADAP ASPEK FISIK, ASPEK EKONOMI, DAN ASPEK SOSIAL MASYARAKAT Rois Lukman Afandi; Mohammad Mukti Alie
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 4, No 2 (2015): Mei 2015
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (516.821 KB)

Abstract

Potensi-potensi wisata banyak ditemui di Indonesia, namun banyak pula yang hanya terbengkalai karna tidak mendapatkan perhatian baik dari pemerintah maupun dari masyarakat sendiri. Potensi pariwisata yang dikelola dengan akan memberikan pengaruh baik pula bagi daerah tersebut. Adanya pengelolaan dan koordinasi yang baik antara pemerintah dan masyarakat akan memaksimalkan potensi wisata yang ada sehingga pengaruh yang diberikan juga akan maksimal. Potensi wisata yang dimaksudkan juga terdapat dalam kawasan wisata Sangiran yang berada di Desa Krikian, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Terdapat beberapa jenis kegiatan wisata yang ada di Kawasan ini mulai dari wisata museum dan Desa wisata Pengrajin batu. potensi wisata yang ada di Desa Krikilan sebenarnya sedah ada sejak lama, namun sulit berkembang karena banyak factor penyebab. Kemudian potensi-potensi wisata tersebut ternyata sudah dikelola bahkan oleh tiga instansi sekaligus yaitu antara lain adalah Pemerintah kabupaten, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat dan lambat laun mulai bisa berkembang dengan adanya peningkatan jumlah pengunjung sebesar 400% selama 8 tahun terakhir dan peningkatan paling drastis terjadi pada tahun 2011 yang mengalami peningkatan sebesar 50% dari tahun sebelumnya. Adanya Fenomena tersebut memunculkan pertanyaan yang kemudian menjadi pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah : Bagaimana pengaruh Keberadaan Kawasan Wisata Sangiran Terhadap aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial masyarakat?permasalahan yang timbul dalam perkembangan kawasan wisata sangiran adalah belum optimalnya pemanfaatan potensi dan pemberdayaan masyarakat yang ada di kawasan wisata sangiran sehingga penelitian ini penting dilakukan karena bertujuan untuk melakukan kajian pengaruh perkembangan yang terjadi di kawasan wisata Sangiran terhadap aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial masyarakat di Desa krikilan. metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dan data yang dikumpulkan melalui observasi lapangan, kuesioner dan wawancara dengan beberapa stakeholder terkait. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling untuk responden masyarakat yaitu hanya masyarakat yang bekerja atau berusaha di kawasan wisata yang dijadikan responden dan teknik simple random sampling untuk wisatawan yang datang ke lokasi wisata. hasil akhir penelitian ini adalah adanya perkembangan kawasan wisata sangiran memberikan pengaruh terhadap Desa Krikilan baik itu dilihat dari aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial masyarakat.
KAJIAN PERKEMBANGAN PENGGUNAAN LAHAN DAN FUNGSI BANGUNAN SEKITAR PUSAT PERBELANJAAN (MAL) DI KOTA BEKASI Yeda Nurul Cahyaningtyas; Sri Rahayu
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 4, No 2 (2015): Mei 2015
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1402.975 KB)

Abstract

Pembangunan pada dasarnya memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam segala bidang yang terkait dengan kehidupan manusia. Pembangunan pusat perbelanjaan modern merupakan fenomena yang dapat ditemui baik di kota kecil maupun kota besar di Indonesia, keberadaan dari pusat perbelanjaan berpengaruh terhadap perkembangan suatu kota (Hariyono, 2002). Kota Bekasi merupakan wilayah agraris yang kemudian berubah menjadi kota yang memiliki banyak pusat perbelanjaan dan membuat Kota Bekasi menjadi kota yang modern dan maju, serta memiliki 15 mal bahkan lebih. Mal dapat diartikan sebagai suatu ruang yang memiliki bentuk memanjang yang difungsikan sebagai tempat berbelanja bagi pejalan kaki dan mal ini biasanya terbentuk oleh deretan pertokoan. Fenomena perkembangan mal ini terjadi di Kecamatan Bekasi Selatan khususnya Kelurahan Pekayon Jaya, Kelurahan Marga Jaya, dan Kelurahan Kayuringin  Jaya yang memicu terjadinya perkembangan penggunaan lahan dan fungsi bangunan sekitar mal dan memicu kepada Kelurahan Sepanjang Jaya, karena letak yang berdekatan dengan Kelurahan Marga Jaya dan Kelurahan Pekayon Jaya. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa mal pertama dibangun pada tahun 1993 yaitu Mall Metropolitan. Sedangkan pada tahun 2005 sudah terjadi peningkatan jumlah mal sebanyak 4 mal, dengan pengggunaan lahan sekitar mal didominasi oleh permukiman (33,28%). Hingga tahun 2014 jumlah mal sebanyak 8 mal. Penggunaan lahan pada tahun 2014 lebih didominasi oleh permukiman (31,98 %) serta perdagangan dan jasa (2,44 %). Perkembangan mal tersebut menjadikan daerah disekitar mal tersebut banyak mengalami perubahan jenis penggunaan lahan. Kawasan perdagangan yang lebih mendominasi pada jalur utama. Perubahan jenis penggunaan lahan yang terjadi yaitu dengan berkurangnya lahan terbuka seperti kebun (23,44%), sawah (6.25%), dan tegalan (15,13%), selain itu adanya perubahan penggunaan lahan memicu terjadinya banjir karena dalam pembangunan kurang memperhatikan kondisi drainase. Sedangkan untuk perubahan fungsi bangunan dapat diketahui bahwa pemilik rumah yang menambah fungsi bangunan untuk usaha (laundry, tempat kos, toko sembako, fotokopi) sebesar 74%. Adanya tambahan fungsi bangunan untuk usaha, namun pemilik usaha tidak menyediakan lahan parkir, hal ini dapat memicu terjadinya kemacetan pada wilayah penelitian.
KAJIAN PERENCANAAN TATA RUANG PARTISIPATIF UNTUK MENUNJANG KEGIATAN NON-PERTANIAN DI KECAMATAN WONOSALAM DEMAK Rizka Fadhilah Adnin; agung sugiri
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 4, No 2 (2015): Mei 2015
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1061.721 KB)

Abstract

Kemiskinan dapat dipandang sebagai bagian dari masalah pembangunan. Keberadaannya ditandai dengan pengangguran dan ketidakmampuan yang akan meningkatkan kesenjangan sosial. Sektor non-pertanian di pedesaan dapat membantu orang miskin pedesaan untuk mengurangi kemiskinan mereka dengan industri skala mikronya. Kegiatan ini sering beroperasi di sektor informal, namun pengembangannya sering kurang didukung oleh kebijakan tata ruang terkait. Sementara itu, pendekatan partisipatif merupakan komponen penting dalam perencanaan tata ruang di Indonesia, sesuai dengan amanat UU Penataan Ruang. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki perencanaan tata ruang partisipatif untuk mendukung pengembangan kegiatan non-pertanian di Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Demak. Pendekatannya adalah kualitatif dengan analisis isi sebagai metode analisis utamanya. Hasil studi menunjukkan bahwa kebijakan tata ruang yang diterapkan di daerah penelitian agak menghambat, bukannya mendorong kegiatan non-pertanian. Meskipun rencana tersebut telah mempertimbangkan hubungan spasial dalam beberapa hal, itu belum cukup tepat dalam perencanaan struktur tata ruang untuk mendukung kegiatan non-pertanian. Alasan utama di balik ini yang paling mungkin adalah karena pendekatan top-down yang diterapkan dalam perencanaan tata ruang. Seandainya penduduk lokal dengan keterlibatan di sektor non-pertanian telah diberikan porsi partisipatif yang tepat dalam proses perencanaannya, situasi akan telah jauh lebih baik. Oleh karena itu, di antara rekomendasi penting studi ini adalah untuk menerapkan pendekatan partisipatif dalam setiap tahap proses perencanaan tata ruang.

Page 1 of 2 | Total Record : 13


Filter by Year

2015 2015